Mantan tidak memblokir WhatsApp kamu bukan selalu tanda masih cinta. Ada banyak alasan: butuh rasa aman, ingin memantau, menjaga pintu komunikasi, sopan santun digital, FOMO (takut ketinggalan kabar), strategi tarik-ulur, alasan praktis seperti urusan kerja atau grup, hingga karena mereka memang sudah move on dan merasa netral. Apa pun alasannya, kamu tetap bisa memilih respons sehat: tetapkan batas, gunakan fitur mute atau archive, atau lakukan no contact rule jika perlu.
Memahami Perilaku “Tidak Memblokir” Setelah Putus
Di era digital, memblokir seseorang di WhatsApp seolah jadi simbol “memutus total”. Namun, tidak semua orang memilih jalan itu. Sebagian merasa blokir terlalu keras, sebagian lain masih punya alasan praktis. Di sini kita perlu membedakan:
- Memblokir: benar-benar menutup akses komunikasi, tidak bisa chat, tidak bisa lihat status.
- Mute/Archive: hanya menenangkan notifikasi tanpa memutus akses.
Mantan yang tidak memblokir kamu mungkin hanya memilih opsi kedua: menjaga jarak tapi tidak menutup pintu sepenuhnya.
9 Alasan Umum Mantan Tidak Memblokir WA Kamu
1. Masih Mencari Rasa Aman (Attachment Belum Tuntas)
Dalam psikologi hubungan, ada istilah attachment atau kelekatan. Orang dengan gaya attachment cemas cenderung sulit melepaskan total. Studi dari University of Denver menemukan bahwa individu dengan kecenderungan attachment cemas lebih sering memantau mantan di media sosial pasca putus. Hal ini memberi mereka rasa aman meski hubungan sudah berakhir.
2. Ingin Menjaga Pintu Komunikasi Terbuka
Bagi sebagian orang, tidak memblokir berarti tetap punya “jalan cadangan” untuk bicara lagi jika suatu hari diperlukan. Mereka mungkin tidak berniat kembali, tapi merasa lebih nyaman punya opsi terbuka.
3. FOMO & Rasa Penasaran
FOMO (Fear of Missing Out) adalah rasa takut ketinggalan kabar. Mantan bisa saja ingin tetap tahu update hidupmu, entah sekadar penasaran siapa yang baru dekat denganmu atau hanya ingin tahu aktivitasmu.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Mantan Membuka Blokiran Wa Ada 8 Simak
4. Kebutuhan Kontrol atau Validasi
Ada pula yang sengaja melihat last seen atau story kamu untuk merasa “masih punya tempat”. Ini berkaitan dengan kebutuhan validasi. Studi psikologi sosial dari University of Toronto mencatat bahwa sebagian individu mengalami rasa kontrol dengan cara memantau mantan di platform digital.
5. Sopan Santun Digital, Menghindari Konflik Terbuka
Memblokir sering dianggap tindakan ekstrem. Beberapa orang memilih tidak memblokir untuk menghindari kesan dramatis atau agar tidak menyinggung perasaan.
Baca juga: Terkuak! Beginilah 3 Ciri-Ciri Nomor Kita Dihapus Di Wa Beserta Penjelasanya
6. Strategi Hoovering: Tarik-Ulur Emosi
Ada istilah hoovering, strategi manipulatif di mana seseorang memberi sedikit perhatian agar mantan tetap “terhisap” secara emosional. Tidak memblokir bisa menjadi bagian dari pola ini.
7. Alasan Praktis: Grup atau Urusan Kerja
Kadang, alasan sederhana: masih satu grup keluarga, komunitas, atau ada urusan pekerjaan. Memblokir bisa menyulitkan komunikasi kolektif, jadi mereka memilih tetap terhubung.
8. Sudah Move On & Netral
Tidak semua mantan yang tidak memblokir berarti peduli. Bisa jadi mereka sudah move on, tidak punya emosi tersisa, sehingga tidak merasa perlu menekan tombol block.
9. Ambivalensi: Ragu Memutus Total
Sebagian mantan masih bingung dengan keputusan putus. Mereka tidak sepenuhnya ingin kembali, tapi juga tidak ingin benar-benar lepas. Hasilnya: tetap terhubung tanpa intens komunikasi.
Tanda-Tanda Motif Mantan
Beberapa petunjuk bisa menunjukkan apa motif mantan:
- Sering lihat story atau last seen kamu > bisa jadi FOMO atau masih penasaran.
- Sesekali kirim chat netral > tanda pintu komunikasi belum tertutup.
- Interaksi tidak konsisten (kadang intens, kadang hilang) > cenderung ambivalensi atau hoovering.
Cara Merespons dengan Sehat
Tetapkan Batas (Boundaries) Tanpa Drama
Kamu tidak harus konfrontasi keras. Cukup jelas dan singkat, misalnya: “Aku butuh ruang pribadi, jadi aku mungkin akan membatasi komunikasi dulu.”
Pilih Opsi Teknis
WhatsApp punya banyak fitur: mute, archive, hide status, bahkan block. Pilih sesuai kenyamananmu.
Terapkan No Contact Rule
Psikolog hubungan dari Ohio State University menekankan bahwa mengurangi paparan stimulus mantan, termasuk pesan digital, membantu pemulihan emosi lebih cepat. No contact rule 30 hari adalah strategi populer untuk memberi jarak sehat.
Kelola Emosi dengan Cara Sehat
Menulis jurnal, curhat ke teman dekat, atau konsultasi ke psikolog adalah langkah konstruktif agar energi tidak terbuang pada interaksi digital yang tidak perlu.
Kapan Harus Memblokir?
Memblokir bukan hal tabu, justru perlu jika:
- Mantan melakukan pelecehan verbal, spam, atau stalking digital.
- Kamu merasa mental terganggu setiap kali melihat namanya muncul.
- Ada manipulasi berulang seperti gaslighting atau hoovering.
Studi dari University of Kansas menemukan bahwa orang yang memutus akses digital dari mantan lebih cepat pulih dari ruminasi emosional dibanding yang tetap terhubung.
Kesimpulan
Mantan yang tidak memblokir WA bukan berarti masih cinta, tapi juga bukan berarti benci. Alasannya bisa beragam: psikologis, sosial, maupun praktis. Apa pun itu, fokus utama seharusnya pada kesehatan emosimu sendiri. Gunakan fitur WhatsApp dengan bijak, tetapkan batas, dan jika perlu lakukan no contact rule. Ingat, pemulihan setelah putus bukan tentang apa yang mantan lakukan, melainkan bagaimana kamu memilih untuk merespons.
FAQ
Apakah mantan yang lihat status berarti masih sayang?
Belum tentu. Bisa jadi hanya penasaran atau kebiasaan saja.
Lebih baik mute atau block?
Mute/Archive cocok jika ingin tenang tanpa konflik. Block tepat jika sudah merugikan kesehatan mentalmu.
Bagaimana kalau masih satu grup keluarga atau kerja?
Kamu bisa atur privasi status agar mereka tidak melihat update pribadi tanpa harus keluar grup.
Berapa lama no contact rule ideal?
Minimal 30 hari. Namun bisa lebih lama tergantung kondisi emosionalmu.
Apa beda hoovering dan sekadar ramah?
Hoovering biasanya manipulatif, muncul dan menghilang untuk menjaga kendali emosional. Sedangkan ramah cenderung konsisten dan tulus.